Selasa, 10 Februari 2009

Rapuh

Kamu rapuh
Umpama ranting di bawah pohon
Yang kering dan sering terinjak

Kamu rapuh
Bagaikan daun kering coklat yang kering dan tua
Menggemburkan tanah

Tapi kamu begitu kuat
Seperti angin yang sanggup meruntuhkan menara

Menggerus bebatuan hingga mengerikil

Karena kamu
Hanyalah manusia
Yang biasa saja

Mampu menangis dan tertawa
Mampu menjadi setan atau lebih mulia dari malaikat

Dan karena kerapuhan dan kekuatanmu itulah
Dan karena engkau manusia biasa
Yang tak punya daya apa pun selain dari-Nya

Bukankah duniapun mengerti
Alampun sadari
Nuranipun akui

Aku dan dirimu
Hanya manusia rapuh

Diantara kerlip jutaan bintang
Diantara desah nafas jutaan nyawa
Diantara birunya laut dan merahnya matahari
Diantara tawa dan tangis

Ya, kau dan diriku
Sebab kamu
Juga aku
Hanyalah manusia biasa


(Tahajud Call Digest 94)

Perut dan di bawah perut

Perut dan dibawah Perut
Muhammad Arifin Ilham


Assalamu'alaikum Wr Wb

Bukankah
makan minum dan hubungan seks suami isteri itu halal? lalu mengapa saat
berpuasa kita harus mengendalikannya. Secuil rahasia terbaca
diantaranya :

Pertama : Halal saja orang mukmin itu mampu mengendalikannya apalagi
yang haram. Alangkah pakemnya rem iman orang mukmin itu dan ini modal
besar menghadapi kehidupan serba serbi maksiat, “ jangankan yang halal
yang harampun susah”.

Kedua : Justru halal harus dikendalikan kalau tidak terkendali
maka mubazir – isroof, dan itu sifat-sikap Syaitan yang dibenci oleh
Allah.( 17 : 27) Ditengah masyarakat yang konsumtif, “ To have
more to use more”, Islam mengajarkan, “ What i need not i want”,
itulah kesederhanaan.

Ketiga:
Disinilah keagungan ajaran Allah, dengan menahan makan minum terasa
lezatnya makan minum, betapa banyak orang yang sakit tidak bisa makan
minum atau orang yang memang susah tidak bisa makan minum karena
miskin. Allah ingin mendidik kita menjadi hambaNya yang pandai
bersyukur, apalagi Allah mengajarkan pengendalian seks kecuali kepada
yang dihalalkan. Pemuda –pemudi yang mampu menahan syahwatnya dan
berhasil tidak menjamah yang bukan mahramnya bukan saja membuat
dahsyatnya dan sakralnya sebuah pernikahan tetapi bahkan meraih
kepuasan spiritual dan kelezatan biologis walaupun ini sangat langka.
Ternyata puasa itu sehat, halal itu nikmat, isteri kita itupun menjadi
bidadari, SubhanAllah.

Keempat:
Makan minum adalah perut dan seks adalah dibawah perut, yang sekarang
menjadi “ agama baru” yaitu materialisme dan hedonisme dan inilah yang
merusak tatanan desa dunia ini dan negeri inipun ambruk karena korupsi
dan seks, broken home, hatta juru dakwahpun tanpa malu menyebut tarif
ngamennya. Rasulpun ditanya tentang apa yang paling banyak menyebabkan
manusia masuk Syurga dan ke Neraka? Jawaban beliau ringkas :”mulut dan
kemaluan” -al fammu wal farju, siapa yang mampu menjaga mulut dan
kemaluannya Syurgalah baginya, kalau tidak Nerakalah untuknya.. Maaf,
jangan alergi bicara Syurga Neraka karena pada akhirnya satu diantara
dua itulah tempat kembali kita.

Kelima : Allah tidak berhajat sedikitpun pada makhlukNya Almustagna
‘an ‘ibaadihi maka segala perintah dan larangan Allah untuk
kemaslahatan makhlukNya. Allah tidak makan tidak minum, malah Allah
memberi makan minum, ( 6 – 14 ) dan Allah tidak memiliki pasangan, ( 6
: 101 ) karena itulah Allah mengajarkan kita untuk berakhlak
sebagaimana akhlaknya Allah, Takhallaqu biakhlaaqilllah demikian pinta
Allah dalam hadits Qutsi. Cinta, kasih sayang, menolong, senang
memberi, berjuang bahkan berkorban dan ini pula sifat
Malaikat-malaikat Allah yang didesaign oleh Allah tanpa nafsu, tidak
heran makhluk yang mulia itu terkagum-kagum kepada orang mukmin yang
berpuasa,” punya nafsu kok bisa tahan”.

Keenam : Terjadilah rivitalisasi rohani, pengimanan nafsu,
nafsu-jasmani yang liar ditundukkan oleh iman-rohani, lahirlah akhlak
yang mulia, ikhlas, sabar, syukur, rendah hati, jujur dan sebagainya.
Ketujuh : Kalau target hidup ini hanya makan-minum dan seks
itu adalah target hewan. “Dan Kami hendak memuliakan manusia pada
derajat yang mulia (dengan Alqur’an dan Sunnah) tetapi dia lebih
mencintai dunia dan memperturutkan hawa nafsunya maka perumpamaan
mereka bagaikan anjing… ( 7 : 176 ). Satelit intelijen Amerika belajar
kepada burung hud-hud Nabi Sulaiman, para hewan mengajarkan sains dan
tehnologi kepada manusia tetapi juga sifat-sifat hewan yang harus
menjadi pelajaran.

Kedelapan : Karena itulah Allah melarang puasa wishol, puasa tanpa putus,
misalnya tanpa buka seminggu atau puasa setiap hari. Dari pengalaman
puasa selama Ramadhan sangat efektif mencetak pribadi yang terbiasa
taat. Toh juga tidak selamanya berpuasa, bukankah ada saatnya berbuka?,
bukankah ada saatnya Idul Fitri, bukankah ada saatnya kita menghadap
Allah, bukankah suasana itu sangat membahagiakan? . Kalau begitu, apa
susahnya taat dan sabar sebentar di dunia yang sebentar ini, jangan
karena enak sesaat kita menderita berkepanjangan, justru olahlah hidup
yang sesaat ini untuk berarti hidup panjang hari tanpa akhir,
SubhanAllah terima kasih ya Allah Kau ajarkan kami berpuasa agar kami
bahagia. Selamat menikmati puasa saudaraku.

Wassalamu'alaikum Wr Wb
(Tahajud Call Digest 91)

Jangan Engkau Lemah Wahai Saudaraku...

Dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penerbit Pustaka At-Taqwa, kami petikkan sebuah nasehat yang indah…untukmu wahai muslim yang rindu akan ilmu. Dan untuk temanku yang kini mulai malas dan enggan duduk di majelis ilmu karena tersibukkan dengan urusannya…

Wahai saudaraku…


Saudaraku sadarlah… seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Tahukah engkau saudaraku…bahwa orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:

1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit.

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

Ketahuilah wahai saudaraku…di antara sebab-sebab itu adalah.

1). Hilangnya keikhlasan.


2). Lemahnya ilmu syar’i.


3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.


4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.


5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.


6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.


7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.


8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).


9). Lemahnya iman.


10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).


11). Lemahnya pendidikan. [al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal 'Ilaaj (hal. 43-71).]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.

Di antara obat penyakit futur adalah.

1). Memperbaharui keimanan.
Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.


2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.


3). Ikhlas dan takwa.


4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).


5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.


6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.


7). Mencari teman yang baik (shalih).


8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).


9). Sabar dan belajar untuk sabar.


10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas]

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

SaudarakuSebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”

Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?

Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Keluarganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”

Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,…. setahun, dua tahun, dan seterusnya…[ Ma'aalim fii Thariiq Thalabil 'Ilmi (hal. 278-279]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

Wallahua’lam…semoga nasehat ini bermanfaat untuk mengembalikanmu kepada ilmu saudaraku…janganlah engkau malas…!

Buah Tulisan :
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas -hafidzahullahu
____________ _________ _________ __
Tahajud Call Digest 91

Minggu, 01 Februari 2009

Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada MU dari menyekutukan dengan sesuatu yang kami sadari. Kami mohon ampun kepada -MU terhadap apa yang kami tidak mengetahuinya...