Kamis, 25 September 2008

Kenangan Seorang Ibu

Dalam sebuah senja, seorang ibu menulis puisi mengenai putra-putrinya yang telah beranjak dewasa.

Hubunganku dengan putra-putriku bagaikan udara di musim pagi.
Aku tak dapat menyentuhnya, mencium baunya, dan mencicipi kelezatannya, tapi aku selalu dapat merasakannya. Dan aku selalu menyadari kehadirannya meski mereka akan selalu datang dan pergi.
Tapi aku tahu, mereka pasti kembali.

Andai putra-putriku adalah sekuntum mawar,
maka akulah sang duri
yang akan melindungi mereka dan mengarahkan mereka.

Andai putra-putriku adalah matahari, maka akulah sang sinar
yang akan membantu menerangi dan menjadikan mereka apa yang mereka inginkan.

Andai putra-putriku adalah danau yang tenang, maka akulah sang air yang akan mengisi mereka dengan ide dan impian serta harapan di masa depan.

Andai putra-putriku adalah pohon, maka akulah sang daun yang akan berbagi segala yang aku milikki dan menjadi bagian terpenting dalam hidup mereka.

Andai putra-putriku adalah hati, maka akulah debarannya. Yang merasakan saat membahagiakan dalam hidupnya juga saat ia ketakutan, kesakitan, dan semangat.

Jika orang bertanya mengapa sulit bagiku melepas putra-putriku, maka aku akan menjawab
bahwa putra-putriku adalah bagian dari diriku. Yang dapat menghalangi aku untuk terus bersama mereka untuk berbagi suka, duka, dan cinta)
Diambil dari buku "The Inspiring Words"

(Manggo mamah, ena akan selalu mencintaimu. Punten mah, sadaya kalepatan ena. Dugi ka iraha oge, ena moal tiasa ngabales sadaya cinta mamah. Mah, Insya Allah, hiji dinten ena janten seorang ibu. Do'akeun ena mah, supados tiasa janten ibu anu sapertos mamah. Tiasa nganterkeun mereka janten para pejuang Allah. Amin.
Air mata ini, air mata kebanggaanku padamu dan rasa syukurku pada Allah akan hadirnya seorang ibu...)

2 komentar:

romanagement on air mengatakan...

Vina, Roma punya satu kisah nyata di sebuah kampus, seorang dosen menyuruh kepada seluruh menuliskan 3 orang yang paling layak masuk surga? menurut setiap dari mahasiswa beserta alasannya, dan tentunya sebagian besar jawaban dari mahasiswa yaitu orang tua, namun ada satu jawaban yang paling menarik..

"Menurutku Bunda, menurutku beliaulah yang paling layak masuk surga, kenapa? kenapa bundaku? bukan yang lain? aku sadar, bunda bukanlah orang yang ideal, beliau bukan seorang ahli agama, beliaupun bukan seorang yang bagus perangainya. entahlah aku tidak tau apakah bunda bahagia melahirkan aku atau tidak? sebab sampai aku sebesar ini, bunda belum sekalipun tersenyum manis kepadaku, yang ada hanya marah dan marah, yang ada hanya kecut dan masam, apapun yang aku lakukan selalu diomelinya selalu komentarinya, selalu salah dalam pandangannya,
Entah apa yg ada didalam pikiran beliau aku tak tau berapa kali bunda marah, sampai akupun menjadi kebal dengan kemarahannya. Walaupun begitu terkadang hatiku menangis, mengapa bunda begitu?mengapa bunda tidak seperti ibu dari teman2ku yang begitu ramah sehingga anaknya bisa bermanja-manja, akupun kasian sama bunda betapa tidak enaknya hiudp dalam kemarahan seperti itu.
Namun aku sadar tiada guna mngeluh, hanya menambah beban dan sakit dihati, aku yakin bahwa bunda pastinya sayang kepadaku, hanya saja cara menyampaikannya saja yang berbeda. Bukankah aku bisa menjadi sebesar ini karena jasa bunda? Bukankah aku bisa sekolah, bisa kuliah adalah jasa bunda?karena itu setulus hati aku mengatakan bahwa bundaku orang yang paling layak masuk kesurga..itulah harapan terbesarku, Mengapa?
Jika selama hidup, aku tak pernah melihat beliau tersenyum aku ingin melihat bunda bisa tersenyum disurga kelak. Ya Tuhan,,cukup sudah kiranya penderitaan bundaku didunia..Janganlah engkau tambahkan lagi penderitaannya di Akhirat, ya Tuhan aku ingin melihat Bunda tersenyum walau hanya sekali saja..”

romanagement on air mengatakan...

kelupaan nulis sumbernya : didapet dari training CPM, Speakernya : Pa Himawan disitir dari buku Prie Gs,,(subhanaAllah memang bukunya..)